Tampilkan postingan dengan label kata mutiara quraish shihab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kata mutiara quraish shihab. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 Juni 2015

ETOS KERJA DALAM ISLAM  Pintania's Blog

ETOS KERJA DALAM ISLAM Pintania's Blog

ETOS KERJA DALAM ISLAM

Oleh. Ahmad Abrar, S.Pd.I, M.Pd.I

A.

Pendahuluan

Agama Islam yang berdasarkan al-Quran dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.

Rasulullah SAW bersabda: bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok. Dalam ungkapan lain dikatakan juga, Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja. Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.

Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Quran dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

B. Hakekat Etos Kerja dalam Islam

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu.

Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Dalam al-Quran dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS. Ash Shaad : 22)

Pengertian Kerja

Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.

KH. Toto Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya.

Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.

Di dalam kaitan ini, al-Quran banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Quran juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. Di dalam al-Quran banyak kita temui ayat tentang kerja seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya :

1) Kita temukan 22 kata amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-Baqarah: 62, an-Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40.

2) Kata amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud: 46, dan al-Fathir: 10.

3) Kata waamiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali, diantaranya surat al-Ahqaf: 19 dan an-Nur: 55.

4) Kata Tamalun dan Yamalun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90, Hud: 92.

5) Kita temukan sebanyak 330 kali kata amaaluhum, amaalun, amaluka, amaluhu, amalikum, amalahum, aamul dan amullah. Diantaranya dalam surat Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur: 21.

6) Terdapat 27 kata yamal, amiluun, amilahu, tamal, amalu seperti dalam surat al-Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31.

7) Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan istilah seperti shanaa, yasnaun, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul khoirot, misalnya ayat-ayat tentang perintah berulang-ulang dan sebagainya.

Di samping itu, al-Quran juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran pahala hukuman, Allah SWT berfirman:

barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (Al-Kahfi: 110)

Ada juga ayat al-Quran yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.

Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu (al-Anbiya: 80)

Dalam surah al-Jumuah ayat 10 Allah SWT menyatakan :

Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (al-Jumuah: 10)

Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.

Inilah pengertian kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini, sedangkan bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang bekerja dengan menerima upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya.

Pembatasan seperti ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara komunis maupun kapitalis yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi kelompok buruh dan majikan, kondisi semacam ini pada akhirnya melahirkan kelas buruh yang seringkali memunculkan konflik antara kelompok buruh atau pun pergerakan yang menuntut adanya perbaikan situasi kerja, pekerja termasuk hak mereka.

Konsep klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak dalam Islam, konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun demikian jika menghendaki penyempitan pengertian (dengan tidak memasukkan kategori pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan ibadah dan aktivitas spiritual) maka pengertian kerja dapat ditarik pada garis tengah, sehingga mencakup seluruh jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan (upah), dalam pengertian ini tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji tetap dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya.

Pada hakikatnya, pengertian kerja semacam ini telah muncul secara jelas, praktek muamalah umat Islam sejak berabad-abad, dalam pengertian ini memperhatikan empat macam pekerja :

1) al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai lapangan kerja, seperti penjahit, tukang kayu, dan para pemilik restoran. Dewasa ini pengertiannya menjadi lebih luas, seperti mereka yang bekerja dalam jasa angkutan dan kuli.

2) al-Muwadzofin: mereka yang secara legal mendapatkan gaji tetap seperti para pegawai dari suatu perusahaan dan pegawai negeri.

3) al-Kasbah: para pekerja yang menutupi kebutuhan makanan sehari-hari dengan cara jual beli seperti pedagang keliling.

4) al-Muzarriun: para petani.

Pengertian tersebut tentunya berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya hadis rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-keringatnya. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani).

Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : Besar gaji disesuaikan dengan hasil kerja. Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah orang lain disesuaikan dengan porsi kerja yang dilakukan seseorang, sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.

C. Etika Kerja dalam Islam

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti). (HR. al-Baihaki)

Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.

Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Quran menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan.

Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan terhormat.

Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan. (HR. Bukhari dan Muslim).

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.

Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian (al-Baqarah : 264)

Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia.

Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.

Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

  1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus. (HR Hambali)
  2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (al-Baqarah: 172)

  1. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
  2. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
  3. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi

D. Kesimpulan

Ethos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan ridha Allah SWT.

Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah (1) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. (2) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. (3) tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. (4) tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. (5) Professionalisme dalam setiap pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990, Al-Quran dan Terjemahan, Depag RI.

Anonim, 1997, Konsep dan etika kerja dalam Islam, Almadani.

Anonim, 1990, Mengangkat Kualitas Hidup Umat, Jakarta : Dirjen BIMAS Islam.

KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja, Jakarta : Gema Insani.

Quraish Shihab, 1998, Wawasan al-Quran, Jakarta : Mizan.

Asnan SyafiI Wagino, Menabur Mutiara Hikmah, Jakarta : Mizan

ETOS KERJA DALAM ISLAM Pintania's Blog

Selasa, 16 Juni 2015

TURJUMAN AL-QUR'AN

TURJUMAN AL-QUR'AN

Al-Qur'an diturunkan dalam tempo, menurut satu riwayat, 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada` tahun tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Proses turunnya al-Quran kepada Nabi Muhammad saw melalui tiga tahapan, yaitu:
Pertama, al-Quran turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh , yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S. al-Buruj (85) ayat 2122, Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam lauh al-mahfuzh.
Diisyaratkan pula oleh firman Allah surat al-Waqi`ah (56) ayat 7780, Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.

Tahap kedua, al-Quran diturunkan dari lauh al-mahfuzh itu ke bait al-izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam surat al-Qadar [97] ayat 1, sungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malan kemuliaan.
Juga diisyaratkan dalam Q.S. Surat ad-Dukhan [44] ayat 3, Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Tahap ketiga, al-Quran diturunkan dari bait al-izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam Q.S. asy-Syu`ara [26] ayat 193195, Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-`amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, tidak secara sekaligus melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan sering wahyu turun karena untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau untuk membenarkan tindakan Nabi saw. Di samping itu banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.
Dalam kenyataan tersebut terkandung hikamah dan faidah yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran itu sendiri dalam Surat al-Furqan [25] ayat 32, Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).
Di samping hikmah yang telah diisyaratkan ayat di atas, masih banyak hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur, antara lain adalah:
1. Memantapkan hati Nabi
Ketika menyampaikan dakwah, Nabi kerapkali berhadapan dengan para penentang. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan doroaikan dakwah. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah, Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. al-Furqan [25]:32).

2. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur'an
Nabi kerapkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan al-Qur'an. Dan ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan salah satu mu`jizat al-Qur'an.

3. Memudahkan untuk dihapal dan difahami
Nabi Muhammad sangat merindukan turunnya wahyu. Saking rindunya, suatu ketika mengikuti bacaan wahyu yang disampaikan Jibril sebelum wahyu itu selesai dibacakannya. Karena itu, Allah berfirman, Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaha [20]:114) Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. al-Qiyamah [75]:69).
Di lain pihak, al-Qur'an pertama kali turun di tengah-tengah masyarakat Arab yang ummi, yakni yang tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Maka, turunnya wahyu secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalkannya.

4. Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat al-Qur'an turun) dan melakukan pentahapan dalam penetapan aqidah yang benar, hukum-hukum syari`at, dan akhlak mulia. Hikmah ini diisyaratkan oleh firman Allah, Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. al-Isra [17]:106).

5. Membuktikan dengan pasti bahwa al-Qur'an turun dari Allah Yang Maha Bijaksana.
Walaupun al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, tetapi secara keseluruhan, terdapat keserasian di antara satu bagian dengan bagian al-Qur'an lainnya. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan Allah yang Maha Bijaksana.

TURJUMAN AL-QUR'AN

Senin, 15 Juni 2015

Biografi Andrie Wongso - Motivator Indonesia  Biografi T

Biografi Andrie Wongso - Motivator Indonesia Biografi T

Biografi Andrie Wongso - Motivator Indonesia Memiliki motivasi dan tekad kuat untuk mencapai target itulah gambaran diri dari Andrie Wongso, Meskipun bergelar SDTT [Sekolah Dasar Tidak Tamat] namun berkat tekadnya yang kuat berhasil mengantarkan Andrie Wongso menjadi Motivator Nomor Satu di Indonesia. Andrie Wongso yang dilahirkan 6 Desember 1954 di kota Malang, Jawa Timur ini hidup dalam keterbatasan finansial, ia merupakan Anak ke-2 dari 3 bersaudara. Di usia 11 tahun (kelas 6 SD), terpaksa harus berhenti bersekolah karena sekolah mandarin tempat andrie kecil bersekolah ditutup. Maka SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar yang disandangnya saat ini. Masa kecil hingga remajanya pun kemudian dilalui dengan membantu orang tuanya membuat dan berkeliling berjualan kue ke toko-toko dan pasar. Di usia 22 tahun, Andrie memutuskan berangkat ke Jakarta demi mengubah nasib dengan satu tekad yakni siap menghadapi apapun di depan dengan berani dan jujur. Maka dimulailah kerja sebagai salesman produk sabun sampai pelayan toko.

Pekerjaan sales ini cukup memberinya waktu lowong, yang diisinya dengan berlatih kungfu. Kungfu bukan sekedar bela diri, namun juga mengandung nilai-nilai kedisiplinan, tanggungjawab, komitmen, perjuangan dan kemauan keras. Nilai-nilai luhur ini semakin membentuk jati diri Andrie Wongso. Selain itu, ketegaran orang tua Andrie dalam menghadapi kemiskinan juga berperan besar dalam pembentukan karakter dirinya. Saat film-film laga dari Taiwan merajai layar lebar perfilman Indonesia, hati Andrie muda tergelitik ingin menjadi seorang bintang film. Untuk menggapai cita-cita ini, tahun 1978 Andrie berhenti bekerja dan mulai mengirimkan lamaran ke perusahaan-perusahaan film di Hongkong. Namun selama tiga bulan tak ada satu pun perusahaan film yang memanggilnya. Masa-masa itu merupakan masa yang berat bagi Andrie muda. Ia mengalami tekanan mental yang luar biasa. Tekanan hidup yang dialaminya ternyata tidak berhenti di situ saja. Pada saat bersamaan, salah satu orang tuanya meninggal. Bukan hal yang mudah bagi kita untuk membayangkan, apalagi menghadapi derita yang dialami Andrie Wongso. Andrie muda pulang ke Malang. Pada tahun 1979 kembali ke Jakarta untuk mengadu nasib. Kali ini Andrie tampil sebagai seorang pelayan toko yang hanya melayani pembeli tetapi tidak bisa masuk ke dalam toko, alias setengah kuli.

Untuk mengisi waktu luang, Andrie muda yang semakin beranjak dewasa mendirikan sebuah perguruan kungfu bernama Hap Kun Do. Hingga akhirnya penghasilan dari melatih kungfu yang diperolehnya lebih besar daripada gaji sebagai pelayan toko. Di sinilah kembali muncul impian untuk menjadi bintang film. Andrie lalu keluar dari pekerjaannya dan berlatih kungfu secara intensif selama dua minggu, kemudian mengirimkan foto dan surat lamaran ke Hongkong. Meminjam istilah orang awam, dewi fortuna ternyata masih tidak berpihak kepadanya. Tiga bulan hidup dengan tanpa penghasilan bukan hal yang mudah untuk dilalui, sebab itu ia berusaha untuk memotivasi diri sendiri. Tiga bulan kemudian, buah karma baik menghampirinya. Andrie melamar sebagai bintang film dan diterima oleh perusahaan Eterna Film Hongkong, dengan kontrak kerja selama 3 tahun. Tahun 1980, untuk pertama kalinya Andrie ke luar negeri. Setelah melewati 3 tahun merasakan suka dukanya bermain film di Taiwan, Andrie tahu, dunia film bukanlah dunianya lalu dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Sepulangnya ke Indonesia, dia pun memutuskan tidak akan memperpanjang kontraknya. Banyak orang menyatakan Andrie gagal karena tidak ada satu film pun yang diwakilinya sebagai bintang utama. Tetapi Andrie merasa dirinya sukses secara mental dalam memperjuangkan impian menjadi kenyataan. Menandai setiap peristiwa yang telah dilalui, Andrie gemar menuangkannya dalam bentuk kata-kata mutiara di buku hariannya. Saat salah seorang teman kos mencontek kata-kata yang dibuatnya, dari situlah muncul ide membuat kartu ucapan kata-kata mutiara, dengan tujuan selain untuk memotivasi diri sendiri, juga untuk membantu memotivasi orang lain melalui kartu ucapan. Dibantu oleh sang kekasih Haryanti Lenny (sekarang istri)maka di Tahun 1985 lahirlah Harvest. Pada awalnya bisnis ini tidak berjalan dengan mudah, berbagai macam penolakan dan hambatan selalu menghampirinya. Dimulai dari penjualan kartu secara keliling dari sebuah kamar kost, usaha tersebut berjalan sukses. Hingga saat ini Harvest telah memiliki beberapa perusahaan pendamping. Boleh dibilang Andrie Wongso sejak tahun 80-an telah menjadi seorang motivator karena produk Harvest pada awalnya berupa kartu berisikan ucapan motivasi yang kemudian berkembang menjadi produk-produk inovatif lainnya. Tahun 1992 adalah momentum bagi Andrie Wongso untuk terjun secara total dalam bidang motivasi dari hasil 'pencerahan yang didapatkannya setelah mempelajari Buddhisme secara lebih mendalam.

Dalam bidang motivation training, Andrie menggagas sebuah pemikiran filosofis Action and Wisdom Motivation Training yang bersumber dari ajaran Buddha, yakni hukum tentang pikiran, hukum tentang perubahan dan hukum tentang sebab akibat. Filosofi terkenal dari Andrie Wongso adalah Success is My Right yang lahir enam tahun yang lalu. Pelatihan yang diberikan Andrie Wongso tidak terbatas hanya pada kalangan Buddhis, namun sudah merambah ke seluruh lapisan, baik perguruan tinggi, BUMN, perusahaan swasta, atlet dan lain-lain. Kemudian diversifikasi perusahaan pun dilakukan, merambah ke bidang holografi, perusahaan mainan, pengelola beberapa foodcourt dan untuk menaungi bidang pendidikan dan kepelatihan, Andrie mendirikan AW motivation training dan AW Publising, Multimedia serta membuka beberapa outlet AW Success Shop yaitu toko pertama di Indonesia yang khusus menjual produk-produk motivasi.

Sejak tahun tahun 1989, dia menjadi pembicara/motivator intern PT. Harvindo Perkasa (Harvest Fans Club di berbagai kota), dan dari sinilah, kemudian ia sering melakukan training motivasi, tidak hanya untuk Harvindo tapi juga untuk berbagai perusahaan dan instansi. Kini, ia dijuluki sebagai Motivator No. 1 di Indonesia. Lalu, gelarnya ditambah TBS, yang artinya Tapi Bisa Sukses. Itulah Andrie Wongso, SDTT, TBS.


KATA-KATA MUTIARA DARI ANDRIE WONGSO - MOTIVATOR NOMOR SATU DI INDONESIA
  • Kegigihan adalah semangat Pantang menyerah yang Harus kita miliki. Dengan bekal kegigihan dan Usaha yang konsisten, Kesuksesan yang kita peroleh Pasti berkualitas Dan membanggakan.
  • Ketika menghadapi orang yang sedang emosi, kita butuh kesabaran. Lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung Dan marah, kita perlu kesabaran. Kesabaran adalah mutiara kehidupan.
  • Kekuatan dari kebiasaan yang terlatih Dan fokus pada tujuan, Akan mampu mengubah apa yang Tidak mungkin menjadi mungkin! Apa yang tidak bisa menjadi bisa!
  • Jadikan keraguan dan ejekan Sebagai cambuk untuk memperkuat Tekad dan perjuangan dengan Segenap kemampuan yang ada, Buktikan semua mimpi dapat Menjadi kenyataan.
  • Orang-orang yang gagal yang berani menatap kegagalan dengan kepala tegak siap belajar dan berusaha, berusaha dan belajar lagi! Bangkit dan bangkit lagi adalah mereka yang telah siap menjadi dewasa dan sukses secara utuh
  • Cita-cita yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat meraih kesuksesan tetapi seseorang yang sukses pasti memiliki cita-cita yang tinggi
  • Selama kita memiliki kemauan, Keuletan, dan keteguhan hati, Besi batangpun bila di gosok Terus- menerus pasti akan menjadi sebatang jarum..
  • Dibalik setiap batu penghalang Pasti ada hikmah tersembunyi, Dan selalu ada pelajaran yang dapat Mematangkan mental kita. Hadapi dengan berani Setiap batu penghalang! Jangan takut mencoba ! Jangan takut memulai ! Bila telah di perjuangkan Dengan sungguh-sungguh, Hasilnya sukses atau gagal, Sesungguhnya memiliki nilai Kesuksesan tersendiri! Jangan pernah menyesal !
  • Kebiasaan yang terlatih Akan melahirkan keahlian! Mari pelihara dan kembangkan Kebiasaan berfikir sukses! Bersikap sukses ! Sehingga terbentuk karakter Sukses yang akan membawa Kita pada puncak kejayaan!
  • Keterampilan berkomunikasi Secara baik dan positif Merupakan syarat mutlak bagi Setiap orang yang ingin Meraih kesuksesan dalam Bidang apa pun yang digeluti !
  • Miliki keberanian Menetapkan Target ! Yakini dan percaya bahwa Anda bisa sukses ! Wujudkan melalui perjuangan nyata ! Anda bisa menjadi seseorang Seperti yang anda inginkan !
  • Kasih dan perhatian adalah kekuatan! Jika setiap hari kita mau memberikan Kasih dan perhatian kepada orang-Orang di sekeliling kita, Maka hidup akan terasa bahagia Dan lebih bermakna! 
  • Kesalahpahaman dan permusuhan Timbul gara-gara ucapan yang Tidak pada tempatnya. Bisa mengendalikan diri, Tahu kapan harus diam,Dan tahu kapan harus berbicara Adalah sikap yang bijak.
  • Tekad merupakan sumber Motivasi bagi kemajuan Dan kesuksesan! Mereka yang memiliki tekad yang kuat,Dia bisa menciptakan apa yang tidak Mungkin menjadi mungkin !
  • Jati diri kita adalah Sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil Dan kerdil dibandingkan Dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses,Kita pun bisa sukses.
  • Saat sukses kita bersyukur,Saat gagal pun kita bersyukur. Sesungguhnya kekayaan dan
  • Kebahagiaan sejati ada Di dalam rasa bersyukur.

Referensi :

- http://www.ukafahrurosid.com/2009/03/kisah-sukses-andrie-wongso.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Andrie_Wongso
- http://katamutiara.pun.bz/kata-kata-mutiara-luar-biasa-andrie-wong.xhtml

Jadilah Follower Biografi Tokoh Dunia di Facebook dengan mengklik tombol Like dibawah

Biografi Andrie Wongso - Motivator Indonesia Biografi T

Minggu, 14 Juni 2015

Menilai: Tasawuf dalam pandangan Islam  Si Pencari ilmu

Menilai: Tasawuf dalam pandangan Islam Si Pencari ilmu

Nilai ilmu Tasawuf dalam pandangan Islam tidak lepas dari sejarah terbentuknya istilah Tasawuf, hubungan sosial ummat Islam dengan ajaran agama lain, serta perkembangan pengetahuan Islam dari zaman ke zaman.

Pada dasarnya perkataan/istilah tasawuf bisa ditelusuri asal mulanya dari kata shuuf yang berarti wol/bulu domba yang biasa dipakai oleh para pesuluk (mutasawwif) dan kemudian dijadikan istilah bagi mereka.

Ada pula yang mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata Shoofa yang berarti bersih, suci, sesuai dengan para Pencari Tuhan atau sufi dalam kiat mereka membersihkan diri dari sifat-sifat buruk (takholli an akhlaqil madzmumah) dan sambil lalu mengisi diri dengan sifat-sifat baik (tahalli bi akhlaqil mahmudah).

Muncul juga peryataan lain, yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari ahlus shuufah yaitu sebuah kelompok muslimin yang memilih hidup zuhud, sederhana dan sembari bernaung diemperan atau beranda Masjid Nabawi Rasulullah SAW, mereka beribadah, bertempat tinggal seumur hidup diberanda Masjid Nabawi. Dari kata ahlus shuufah ini, muncul asumsi bahwa tasawuf berasal darinya, yaitu sekumpulan muslimin yang hidup zuhud bersama Rasulullah SAW semasa hidupnya.

Dari beberapa istilah asal kata tasawuf diatas, masih banyak beberapa perspektif lain mengenai asal istilah Tasawuf. Apabila kita menelusuri lebih jeli, betul adanya bahwa Tasawuf memang lahir dari ajaran Islam, karena rujukan utama mereka adalah al-Quran, al-Hadits, serta riwayat-riwayat dari ajaran para pendahulu Islam.

Sebut saja dalam istilah tasawuf terdapat sebuah istilah sanad atau silsilah, dalam hal ini khusunya para sufi yang mengaplikasikan penyucian jiwa melalui thoriqoh mempunyai garis turun temurun yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian kepada Sayyidina Ali bin abi Thalib KW, Sayyidina Hasan, Sayyidina al-Husain, sayyidina Ali zainal abidin, Sayyidina Muhammad al-Baqir, Sayyidina Jafar shadiq, dan turun menurun melalui keturunan, murid-murid mereka serta para Sahabat Rasulullah SAW yang terpilih.

Dalam ordo sufi atau Thoriqoh sanad ini dikenal sebagai silsilah dzahabiyyah / silsilah ke-emas-an, yang berarti satu sama lain saling berkaitan, bersambung dan berhubungan secara metafisik/spiritual. Kita sering mendengar dan bahkan mengenal thoriqoh qaadiriyyah, Alawiyyah, syadziliyyah, naqsyabandiyyah, syattariyyah dsb, semua kelompok tersebut sama-sama bertumpu pada ajaran spiritual dan akhlak Rasulullah SAW.

Sebagai penutup, istilah tasawuf dalam Islam bukan hal yang asing seperti dikatakan para orientalis bahwa tasawuf bukan berasal dari ajaran Islam. Justru sebaliknya Tasawuf berasal dari Ajaran Islam sejak diajarkan kepada para Keluarga, Murid dan Sahabat Rasulullah SAW yang terdahulu.

Menilai: Tasawuf dalam pandangan Islam Si Pencari ilmu

Sabtu, 13 Juni 2015

Mutiara Terpendam dalam Fushusul Hikam Ibnu Arabi  Si

Mutiara Terpendam dalam Fushusul Hikam Ibnu Arabi Si

Mutiara Terpendam dalam Fushusul Hikam Ibnu Arabi *

Mullah Nasrudin Hoja ibnu arabiKeberhasilan Ibn Arabi dari doktrin tasawufnya adalah kemampuannya untuk keluar dari pemahaman agama yang dogmatis dan literalis. Bagi Ibn Arabi, semua ajaran agama dalam Alquran maupun Hadis adalah bentuk dari simbol-simbol kebijaksanaan Tuhan yang harus terus-menerus digali.

Orang mengenalnya sebagai Ibn Arabi. Ia adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Ali Ibn Arabi , digelari Syaikhul Akbar Muhyiddin Ibn Arabi. Lahir di Mursia, Andalusia, Spanyol, tahun 560 H/1165 M, dan meninggal di Damaskus, Syria, tahun 638 H/1240 M. Ia adalah sufi yang sangat besar pengaruhnya dalam kajian sufisme hingga saat ini. Ia telah menulis 289 buku dan risalah. Bahkan menurut Abdurrahman Jami, ia telah menulis 500 buku dan risalah.

Sedangkan menurut al-Syarani, karya Ibn Arabi berjumlah 400 buah. Pada Tadarus Ramadan tahun 1427 H ini, Jaringan Islam Liberal mengkaji tiga karya Ibn Arabi yang paling terkenal, yang tak hentinya-hentinya dikupas orang. Ketiganya adlah Fushushul Hikam, al-Futuhat al-Makkiyyah dan Turjumanul Asywaq.

Sesi pertama diskusi diselenggarakan Selasa, 26 September 2006, lalu, dengan menghadirkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer (penulis disertasi tentang Ibn Arabi, dosen pascasarjana UIN Jakarta), dan Mohamad Guntur Romli (aktivis JIL). Berikut liputannya.

Dari sekian judul kitab yang telah ditulis Ibn Arabi, terdapat kitab yang merupakan intisari ajaran tasawufnya, yaitu Fushusul Hikam. Kautsar Azhari Noer, salah seorang ahli Ibn Arabi di Indonesia, menyebut kitab Fushus ditulis pada masa kematangan intelektual Ibn Arabi, yaitu 627/1230 atau sepuluh tahun sebelum wafatnya.

Menurut pengakuan Ibn Arabi sendiri, kitab ini merupakan pemberian nabi Muhammad kepadanya melalui mimpi. Dalam mimpi tersebut, Nabi mengatakan: Ini kitab Fushus Al Hikam. Ambil dan sebarkan kepada umat manusia agar mereka mengambil manfaat darinya. Berdasarkan cerita itu, tampak bahwa Ibn Arabi meyakini sepenuhnya bahwa apa yang ia tuliskan dalam kitab tersebut merupakan ilham ilahi. Ia hanyalah mesin pencetak bagi kitab Fushus yang diberikan Nabi.

Meski sulit diverifikasi kebenarannya, tetapi pengakuan ini telah menyihir ribuan pengikut syaikhul akbar ini untuk meyakininya. Bahkan kitab yang merupakan intisari ajaran sufisme Ibn Arabi ini telah memecahkan rekor sebagai kitab paling banyak mendapatkan komentar (syarah) dari para pengikutnya. Tetapi semua pembaca karya-karya Ibn Arabi mengakui, hampir seluruh karya Ibn Arabi sangat sulit dipahami, tidak terkecuali Fushushul Hikam.

Kesulitan paling utama dalam membaca karya Ibn Arabi adalah memahami simbol-simbol dan terma-terma paradoksikal yang digunakannya. Simbol-simbol itu terlihat sekali dalam hampir semua karya-karyanya. Dalam Fushus, ia menyajikan gagasannya melalui pengungkapan hikmah atau kebijaksanaan 27 orang nabi. Nama fushus sendiri diambil dari akar kata fasshun yang artinya tatakan atau wadah batu permata pada cincin. Fushus adalah bentuk plural dari kata fasshun.

Sementara hikam adalah bentuk jamak dari hikmah yang berarti kebijaksanaan. Jadi, fushusul hikam adalah wadah kebijaksanaan. Dengan ukiran nama yang disematkan pada kitab tersebut, Ibn Arabi berupaya menampilkan simbol-simbol kebijaksanaan dari para nabi yang hakikatnya merupakan kalimat atau manifestasi sifat Tuhan. Ia memulai pembahasan kitabnya dengan mengupas mutiara kenabian dari Adam hingga Muhammad.

Adam, menurut Ibn Arabi adalah citra kesempurnaan Tuhan. Melalui Adamlah Tuhan memanifestasikan sifat ketuhananan-Nya. Ibn Arabi menganggap bahwa Tuhan pada mulanya adalah entitas yang tersembunyi (kanzun makhfiyy). Ia menampakkan diri ketika menciptakan alam. Tetapi penciptaan alam menurut Ibn Arabi bukanlah bermula dari sesuatu yang kosong, creatio ex nihilo. Alam mengada begitu Tuhan ada.

Karena, alam semesta adalah cerminan Tuhan. Sebagaimana pantulan gambar dalam cermin, maka gambar itu ada ketika wujud yang hakiki ada. Pandangan Ibn Arabi tentang alam ini sebenarnya mirip dengan pandangan para filosof yang menganggap alam itu sebagai sesuatu yang azali.

Sementara ajaran nabi Nuh dimaknai Ibn Arabi sebagai simbolisasi dari problem dualisme tasybih dan tanzih. Dalam al-Quran disebut bahwa Nuh berdoa: Qala rabby inny daautu qaumy lailan wanaharan (Surah Nuh:5). Ibn Arabi memaknai lailan dalam ayat ini dalam maknanya yang esoterik (tanzih), dan naharan dengan makna eksoterik (tasybih).

Pada akhirnya, Nuh dinilai Ibn Arabi lebih mengutamakan ajaran tanzih atau penyucian Tuhan dari penyerupaan Tuhan dengan patung yang dilakukan umatnya kala itu. Sementara ajaran Isa dalam Kristen lebih cenderung pada penyerupaan atau tasybih.

Dualitas semacam inilah yang dikritik Ibn Arabi. Menurutnya, Tuhan tidak bisa dilihat secara imanen melalui tasybih saja atau secara transenden melalui tanzih saja.

Dalam sebuah syair ia katakan:

Bila engkau nyatakan transenden (murni), engkau telah membatasi Tuhan. Dan bila engkau nyatakan imanen (murni), maka engkau telah mendefinisikan Tuhan.

Dalam bagian lain dari kitab Fushus, Ibn Arabi juga mentamsilkan hubungan antara Tuhan dan manusia dengan mengutip kalimah muhaimiyyah dari Ibrahim. Ibrahim adalah simbol keakraban manusia dengan Tuhan. Melalui firmannya Tuhan mengangkat Ibrahim sebagai seorang khalil, atau sahabat karib.

Tetapi makna khalil sebenarnya lebih dari sekadar persahabatan. Sahabat karib, menurut Ibn Arabi, masih menyiratkan keterpisahan. Sementara al-khall adalah percampuran. Oleh karenanya hubungan manusia dengan Tuhan juga sudah sangat erat dan telah bercampur dalam satu esensi. Karena makhluk menurut Ibn Arabi sesungguhnya adalah al-haqq dan al-khalq sekaligus.

Mohamad Guntur Romli melihat tamsil-tamsil yang dituliskan Ibn Arabi dalam Fushus sebagai bangunan inti doktrin Ibn Arabi tentang wahdatul wujud atau manunggaling kawulo gusti. Guntur menilai Ibn Arabi sebenarnya sedang membangun doktrinnya dengan meminjam perangkat-perangkat agama yang sudah mapan. Tetapi yang menjadi ciri khas Ibn Arabi dalam hampir semua karyanya adalah selalu menampilkan gagasan keagamaan yang tidak lazim. Karenanya, selama hidupnya tak jarang ia mendapat perlawanan dan kecaman dari berbagai kalangan, terutama kelompok ahli fikih yang terkenal literalis dan formalis.

Ajaran-ajaran tentang wahdatul wujud Ibn Arabi rupanya juga telah terserap atau tampak dalam mistik kaum kejawen di Indonesia. Ini ditegaskan Gus Dur dalam presentasinya. Konsep manunggaling kawulo gusti, menurut Gus Dur, adalah konsep yang sama sejenis dengan wahdatul wujud itu. Seperti halnya Ibn Arabi yang selalu ditentang kaum formalis, penganut kejawen di Indonesia juga selalu mengalami ketegangan dengan kaum santri. Kaun santri umumnya adalah para pemeluk agama yang setia menjalankan syariat yang penuh.

Sementara kaum kejawen lebih menekankan aspek keyakinan batiniah kepada wujud Tuhan. Meski demikian, mereka juga mengenal ajaran-ajaran yang sebenarnya menjadi bagian doktrin wahdatul wujud, misalnya kepercayaan tentang berkah atau weruh sedurunge winarah yang merupakan esensi dari ajaran kasyaf dalam wahdatul wujud.

Keberhasilan Ibn Arabi dari doktrin tasawufnya adalah kemampuannya untuk keluar dari pemahaman agama yang dogmatis dan literalis. Bagi Ibn Arabi, semua ajaran agama dalam Alquran maupun Hadis adalah bentuk dari simbol-simbol kebijaksanaan Tuhan yang harus terus-menerus digali. Bahkan menurutnya, kebijaksanaan Tuhan yang disampaikan melalui wahyu itu tak terputus hingga sekarang. Wahyu bagi Ibn Arabi bukanlah sekadar proses inzal (turunnya) sebuah ayat dari Tuhan melalui Jibril. Tapi lebih dari itu, wahyu baginya adalah proses imajinasi kreatif manusia yang mencari kebenaran Tuhan.

Semangat untuk keluar dari pemahaman agama yang kaku dan dogmatis inilah yang harus terus dikembangkan dalam khazanah keilmuan Islam saat ini. Ibn Arabi dengan petualangan spiritualnya telah memberi contoh yang sangat baik. Artinya, memahami Ibn Arabi bukanlah berhenti pada pemahaman ajaran-ajarannya yang rumit itu. Yang jauh lebih penting untuk terus-menerus dikembangkan adalah semangat perenungan dan petualangannya yang tak pernah berhenti.

Oleh: Umdah Baroroh ( Mutiara Terpendam dalam Fushusul Hikam Ibnu Arabi - Aktifis Islib)

Mutiara Terpendam dalam Fushusul Hikam Ibnu Arabi Si

Jumat, 12 Juni 2015

kenapa tidak berhijab?  Seuntai mutiara nan maha luhur

kenapa tidak berhijab? Seuntai mutiara nan maha luhur

bismilahirahmanirahim

kawanku semua yang dirahmati Allah. sungguh dewasa ini kita sering melihat pelbagai rentak fesyen yang mewarnai dunia berpakaian kita pada hari ini.khususnya fesyen untuk kaum wanita, Ada fesyen yang bertudung dan menepati ciri-ciri muslimah sejati malahan ada juga fesyen yang shubhah atasnya bertutup, dadanya dibuka dan bahagian kakinya sendat dan ketat.

kawan tahukah kamu? Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai hijab adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya sbb:
.. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.

sebuah kisah bacalah dengan seksama..

Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya, Ia tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab. (jawaban yang sering saya dengar dari kaum wanita ya seperti ini, sungguh ni sangat salah) Sudah banyak orang menanyakan maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama.

Hingga di suatu malam. Ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas dipinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.


Ia tak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat juga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

Assalamualaikum, saudariku.

Waalaikum salam. Selamat datang saudariku

Terima kasih. Apakah ini surga?

Wanita itu tersenyum. Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga

Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.

Wanita itu tersenyum lagi Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku ?

Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah.

Alhamdulillah..

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di Taman mulai memasukinya satu-persatu.

Ayo kita ikuti mereka kata wanita itu setengah berlari.

Apa di balik pintu itu? Katanya sambil mengikuti wanita itu

Tentu saja surga saudariku larinya semakin cepat

Tunggu..tunggu aku..

dia berlari namun tetap tertinggal Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenym kepadanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak

Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan ?

Sama dengan engkau saudariku. jawab wanita itu sambil tersenyum

Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu.

Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan ?

Wanita itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata

Apakah kau tak memperhatikan dirimu, apa yang membedakan dengan diriku ?

Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab.

Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-NYa tanpa jilbab menutup auratmu ?

Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata

Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu adlah menghijabi hati.

Ia tertegun..lalu terbangun..beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan shalat malam. Menangis dan menyesali perkataanya dulu.. berjanji pada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.

kawanku semua yang baik.

Sesungguhnya seorang mukmin dosanya itu bagaikan bukit besar yang kuatir jatuh padanya, sedang orang kafir memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap diatas hidungnya

kawanku, Sekarang kaum wanita yang tak mau berjilbab, dapat menanya hati nurani mereka masing-masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu jatuh menghimpitnya atau bagaikan lalat yang hinggap dihidung mereka?.
Kalau kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat didalam hidupnya. Atau dalam perkataan lain tidak ada perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu mereka kekal didalam neraka sebagaimana bunyi surat Al-Araaf ayat 36 di atas. Jadi mereka tak mendapat syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW nanti di akhirat.

Banyak sekali kaum wanita yang tak berjilbab sungguhpun mereka mendirikan shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi Allah telah terjadi di zaman kita ini dan akan berketerusan sampai hari kiamat, kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab ini dikerjakan bersama-sama oleh seluruh ummat Islam,

Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan di zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:

Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka.

sebenarnya bukan mendirikan shalat dari hadits diatas, ialah nilai shalat mereka tidak ada disisi Allah karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat jilbab. Begitulah Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat, tetapi tidak memakai jilbab didalam hidup, apakah kita yang mengaku mencintai sesama ummat Nabi Muhammad SAW akan diam berpangku tangan membiarkan kaum wanita berada berketerusan dalam dosa kawan?.

kawan,..

Dua golongan penghuni neraka yang mana aku sendiri belum pernah melihat keadaan mereka didunia: golongan yang membawa cemeti seperti seekor lembu lalu menggunakannya untuk memukul manusia dan juga kaum wanita yang berpakaian seperti bertelanjang, menggoyangkan badan dan berlenggang-lenggok, kepala mereka ada suatu seperti bonggol di kepala unta yang bergoyang-goyang. Mereka tentu tidak akan memasuki syurga atau mencium baunya sedangkan bau syurga itu dapat dihidu dari jarak perjalanan begitu dan begini hadith riwayat Muslim. Hadith no 212-

Akan muncul dalam kalangan umatku di akhir zaman, kaum lelaki yang menunggang sambil duduk di atas pelana, lalu mereka turun di depan pintu-pintu masjid. Wanita-wanita mereka( isteri mereka atau anak perempuan), berpakaian tetapi seperti bertelanjang ( tipis&ketat). Di atas kepala mereka pula(wanita) terdapat bonggolan (sanggul atau tocang) seperti bonggol unta yang lemah gemalai. Oleh itu laknatlah mereka semua. Sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita yang terlaknat hadith riwayat Ahmad, jil.2, ms. 223.

Wahai Kawan yang bermimpi sanjungan Cantik bukanlah buka-bukaan. Cantik bukanlah selalu berdandan. Dan cantik bukan berarti seorang pujaan.

Ku ulurkan jilbabku hingga terasa damai hatiku.. Ku longgarkan pakaianku sehingga tertutup bentuk tubuhku.. kulakukan itu semua demi Cintaku pada Rabbi-ku. Dan kuberbisik dalam hatiku,,, Semoga Allah kagum melihatku.

Andai semua orang memahami cantik lahir bukanlah ukuran.. Tapi cantik hati memikat semua orang. Dan terutama budi pekerti seperti yang Rasul contohkan.. Maka saudariku, peliharalah aurat.. Aurat tidak akan tertutup dengan berperangai yang BAIK,,, Aurat tidak tertutup dengan sifat LEMAH LEMBUT,,, Aurat tidak akan tertutup dengan kata-kata yang BAIK,,,

tetapi aurat hanya akan tertutp dengan PAKAIAN yang SEMPURNA,,, Mudah-Mudahan AKHLAK dibalik pakaian itu, jauh lebih INDAH dari pada pakaiannya Amiin..! Dari Aisyah Radhiyallahu anha, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallam dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallam berpaling darinya dan berkata: Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

semoga bermanfaat

0.0000000.000000

kenapa tidak berhijab? Seuntai mutiara nan maha luhur

Kamis, 11 Juni 2015